PELATIHAN PEMULASARAN JENAZAH
https://youtu.be/RGvzKS6418o
KUMPULAN KHOTBAH JUMAT
https://youtu.be/uIlgv-epvvA Khotbah Jum'at, 21 Oktober 2022, tentang Syafa'at Nabi Muhammad. SAW. oleh Khotib. Ustadz.H. Arief Arby.
Dzikir & Doa Bersama Malam Jum’at Tgl 11 Nopember 2021
Dzikir & Doa Bersama Malam Jum'at Tgl 11 Nopember 2021, dipimpin oleh Ust. Drs.H. Enoh Badri dan Ust. H. Usep
TAKLIM BAPAK-BAPAK RUTIN AHAD SHUBUH
Kajian tentang mencintai Rasulullah Muhammad.SAW, dengan mempelajari dan melaksanakan sunah sunahnya, adabnya dan akhlaknya.
sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad. SAW
oleh. Ust. KH. Fahmi Kamil. LC.
Ahad, 17 Oktober 2021
Informasi
Cara mudah mencari hadits-hadits
INFO TERKINI
Kajian Rutin 2 mingguan Sabtu Shubuh
Oleh : Ust. H. Sahidi. M.Ag.
tentang Hadits Arbain I hadits nomor 2.
KAJIAN HADITS ARBAIN NAWAWI 1. hadits nomor 2
الحديث الثاني [ عن
عمر رضي الله تعالى عنه أيضا قال : بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر لا يرى عليه أثر السفر ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وآله وسلم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام فقال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : الإسلام أن
تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا قال : صدقت فعجبنا له يسأله ويصدقه قال : فأخبرني عن الإيمان قال أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره قال : صدقت قال : فأخبرني عن الإحسان قال أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك قال : فأخبرني عن الساعة قال ما المسئول عنها بأعلم من السائل قال : فأخبرني عن أماراتها قال أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان ثم انطلق فلبثت مليا ثم قال يا عمر أتدري من السائل ؟ قلت : الله ورسوله أعلم قال فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم ] رواه مسلم
Hadis Ke-2 Dari Umar rodhiyallohu’anhu juga, beliau berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, kemudian berkata: ”Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.” Kemudian Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjawab: ”Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh. Hendaklah engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke rumah Alloh jika engkau mampu mengerjakannya.” Orang itu berkata: ”Engkau benar.” Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rosululloh) menjawab: ”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang tadi berkata: ”Engkau benar.” Lalu orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” Orang itu berkata lagi: ”Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat.” (Beliau) menjawab: “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Orang itu selanjutnya berkata: ”Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.” (Beliau) menjawab: ”Apabila budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan.” Kemudian orang itu pergi, sedangkan aku tetap tinggal beberapa saat lamanya. Lalu Nabi shollallohu ’alaihi wasallam bersabda: ”Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu ?”. Aku menjawab: ”Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu beliau bersabda: ”Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”(HR. Muslim). Kedudukan Hadis Materi hadis ke-2 ini sangat penting sehingga sebagian ulama menyebutnya sebagai “Induk sunnah”, karena seluruh sunnah berpulang kepada hadis ini. Islam, Iman, dan Ihsan Dienul Islam mencakup tiga hal, yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Islam berbicara masalah lahir, iman berbicara masalah batin, dan ihsan mencakup keduanya. Ihsan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari iman, dan iman memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Islam. Tidaklah ke-Islam-an dianggap sah kecuali jika terdapat padanya iman, karena konsekuensi dari syahadat mencakup lahir dan batin. Demikian juga iman tidak sah kecuali ada Islam (dalam batas yang minimal), karena iman adalah meliputi lahir dan batin. Perhatian! Para penuntut ilmu semestinya paham bahwa adakalanya bagian dari sebuah istilah agama adalah istilah itu sendiri, seperti contoh di atas. Iman Bertambah dan Berkurang Ahlussunnah menetapkan kaidah bahwa jika istilah Islam dan Iman disebutkan secara bersamaan, maka masing-masing memiliki pegerttian sendiri-sendiri, namun jika disebutkan salah satunya saja, maka mencakup yang lainnya. Iman dikatakan dapat bertambah dan berkurang, namun tidaklah dikatakan bahwa Islam bertambah dan berkurang, padahal hakikat keduanya adalah sama. Hal ini disebabkan karena adanya tujuan untuk membedakan antara Ahlussunnah dengan Murjiáh. Murjiáh mengakui bahwa Islam (amalan lahir) bisa bertambah dan berkurang, namun mereka tidak mengakui bisa bertambah dan berkurangnya iman (amalan batin). Sementara Ahlussunnah meyakini bahwa keduanya bisa bertambah dan berkurang. Istilah Rukun Islam dan Rukun Iman Istilah “Rukun” pada dasarnya merupakan hasil ijtihad para ulama untuk memudahkan memahami dien. Rukun berarti bagian sesuatu yang menjadi syarat terjadinya sesuatu tersebut, jika rukun tidak ada maka sesuatu tersebut tidak terjadi.Istilah rukun seperti ini bisa diterapkan untuk Rukun Iman, artinya jika salah satu dari Rukun Iman tidak ada, maka imanpun tidak ada.
Adapun pada Rukun Islam maka istilah rukun ini tidak berlaku secara mutlak, artinya meskipun salah satu Rukun Islam tidak ada, masih memungkinkan Islam masih tetap ada. Demikianlah semestinya kita memahami dien ini dengan istilah-istilah yang dibuat oleh para ulama, namun istilah-istilah tersebut tidak boleh sebagai hakim karena tetap harus merujuk kepada ketentuan dien, sehingga jika ada ketidaksesuaian antara istilah buatan ulama dengan ketentuan dien, ketentuan dien lah yang dimenangkan.
Batasan Minimal Sahnya Keimanan 1. Iman kepada Allah. Iman kepada Allah sah jika beriman kepada Rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya, dan asma’ dan sifat-Nya.
2. Iman kepada Malaikat. Iman kepada Malaikat sah jika beriman bahwa Allah menciptakan makhluk bernama malaikat sebagai hamba yang senantiasa taat dan diantara mereka ada yang diperintah untuk mengantar wahyu. 3. Iman kepada Kitab-kitab. Iman kepada kitab-kitab sah jika beriman bahwa Allah telah menurunkan kitab yang merupakan kalam-Nya kepada sebagian hambanya yang berkedudukan sebagai rasul. Diantara kitab Allah adalah Al-Qurán.
4. Iman kepada Para Rasul. Iman kepada para rasul sah jika beriman bahwa Allah mengutus kepada manusia sebagian hambanya mereka mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada manusia, dan pengutusan rasul telah ditutup dengan diutusnya Muhammad shallallaahu álaihi wa sallam.
5. Iman kepada Hari Akhir. Iman kepada Hari Akhir sah jika beriman bahwa Allah membuat sebuah masa sebagai tempat untuk menghisab manusia, mereka dibangkitkan dari kubur dan dikembalikan kepada-Nya untuk mendapatkan balasan kebaikan atas kebaikannya dan balasan kejelekan atas kejelekannya, yang baik (mukmin) masuk surga dan yang buruk (kafir) masuk neraka. Ini terjadi di hari akhir tersebut.
6. Iman kepada Taqdir. Iman kepada taqdir sah jika beriman bahwa Allah telah mengilmui segala sesuatu sebelum terjadinya kemudian Dia menentukan dengan kehendaknya semua yang akan terjadi setelah itu Allah menciptakan segala sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya. Demikianlah syarat keimanan yang sah, sehingga dengan itu semua seorang berhak untuk dikatakan mukmin. Adapun selebihnya maka tingkat keimanan seseorang berbeda-beda sesuai dengan banyak dan sedikitnya kewajiban yang dia tunaikan terkait dengan hatinya, lesannya, dan anggota badannya. Taqdir Buruk Buruknya taqdir ditinjau dari sisi makhluk. Adapun ditinjau dari pencipta taqdir, maka semuanya baik.
Makna Ihsan Sebuah amal dikatakan hasan cukup jika diniati ikhlas karena Allah, adapun selebihnya adalah kesempurnaan ihsan. Kesempurnaan ihsan meliputi 2 keadaan:
1. Maqom Muraqobah yaitu senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan oleh Allah dalam setiap aktifitasnya, kedudukan yang lebih tinggi lagi.
2. Maqom Musyahadah yaitu senantiasa memperhatikan sifat-sifat Allah dan mengaitkan seluruh aktifitasnya dengan sifat-sifat tersebut.
UNDANGAN TAKLIM SABTU SHUBUH
Lanjutan Kajian Hadits ARBAIIN
disampaikan oleh : Ustadz. H. Sahidi, M. Ag.
Taklim Ahad Shubuh
kajian lanjutan Hikmah Kitab Al Hikam Tentang dua Golongan Manusia dalam upayanya mengenal Allah oleh : Ustadz.H. Miftakhul Mahmudi.MA Ahad, 03 Oktober 2021 https://youtu.be/AGcNEKTPYkY
Khutbah Jum’at
KHUTBAH JUM’AT
“Menjaga Kwalitas Amal Sholih Sebagai Bekal Kehidupan”
Khatib : Bhayu Sulistiawan, S.Pd.I
Disampaikan pada shalat Jum’at di Masjid Baitul Husna Harapan Indah
Tanggal 24 Shafar 1443 H / 1 Oktober 2021 M
اَلْحَمْدُ لله الْمَلِكِ الْـحَقِّ الْـمُبِيْن.اَلَّذِيْ حَبَانَابِاالْإِيْـمَانِ وَالْيَقِيْن. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدُ أَنَّ محمّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه الصَّدِق الْوَعْد الْأَمِيْن. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى أَشْرفِ الْأنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آ لِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمْعِيْن، أَمّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ الله، اُوْصِيْكُمْ وَ نَعفْسِي بِتَقْوَى الله، فَعقَدْ فَازَ ا لْمُتَّـقُوْنَ
فَقَالَ تَعَالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Ma’aasyiral muslimiin jama’ah shalat Jum’at rohimakumullah….
Segala puji hanya milik Allah SWT., Tuhan semesta alam Yang Maha Kuasa senantiasa telah memberikan nikmat kepada kita semua dalam bentuk yang begitu banyak. Salah satu kenikmatan yang kita rasakan adalah diturunkannya Islam sebagai satu-satunya agama yang benar dan kita menjadi ummatnya yang setia insya Allah. Nikmat sehat juga kita terima sehingga kita bisa menjalankan tugas dan fungsi sebagai hamba dan khalifah.
Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang istiqomah hingga akhir zaman. Kita senantiasa berdoa dan berusaha terus mengikuti sunnah-sunnahnya sehingga termasuk golongan yang mendapatkan syafa’atul ‘uzhma baginda nabi di akhir nanti. Aamiin.
Dari mimbar yang mulia ini khatib berwasiat kepada diri pribadi dan jamaah untuk terus meningkatkan ketaqwaan, dengan penuh kesadaran mari kita laksanakan perintah-perintah Allah, kita tinggalkan larangan-larangan-Nya. Dengan begitu Insya Allah kita selamat fiddunya wal akhirah. Aamiin..
Ma’aasyiral muslimiin jama’ah shalat Jum’at rohimakumullah….
Di dalam salah satu kitab bernama “Ayyuhal Walad” karya seorang ulama besar bergelar “Hujjatul Islam” yaitu Imam Al-Ghazali menuliskan pesan kepada seorang muridnya yang berkhidmat belajar bertahun-tahun dengannya. Dalam setiap pesan yang mengandung nasehat luar biasa itu Imam Ghazali selalu memulainya dengan kata “Ayyuhal Walad” (Wahai Anak).
مَالَـمْ تَعْمَلْ لَـمْ تَـجِدِ الْأَجْرَ
“Wahai santriku, selagi kamu belum berbuat amal maka tidak mendapat pahala.”
Imam Ghazali ingin mengingatkan sang murid betapa pentingnya amal perbuatan (amal shalih) dalam menentukan kwalitas perbekalan pahala di dunia untuk menuju akhirat. Sebarapa banyak amal sholih yang kita lakukan berbanding lurus dengan pahala yang kita dapat bahkan dalam beberapa amal ada yang Allah berikan pahala berlipat ganda. Seperti hukum sebab-akibat begitulah juga amal dengan pahala.
Lalu Imam Ghazali pun melanjutkan kisah tentang seorang laki-laki dari Bani Israil yang beribadah kepada Allah selama 70 tahun. Allah ingin menunjukkannya kepada para malaikat. Lalu Allah mengutus malaikat kepadanya untuk memberitahu bahwa dengan ibadah tersebut laki-laki tersebut belum layak baginya masuk surga.
Ketika ahli ibadah itu mendengarnya dari malaikat yang diutus Allah, ia berkata: “Kita diciptakan untuk beribadah, maka memang sepatutnya bagi kita untuk beribadah kepadaNya.”
Malaikat itu pun kembali kepada Allah seraya berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau lebih mengetahui tentang apa yang diucapkannya.”
Kemudian Allah SWT berfirman, “Apabila hamba itu tidak berpaling dari ibadah kepadaKu, maka Aku –dengan kemuliaanKu– tidak akan berpaling darinya. Saksikan wahai para malaikatKu, bahwa Aku telah memaafkannya.”
Ma’aasyiral muslimiin jama’ah shalat Jum’at rohimakumullah….
Dari kisah diatas bisa kita ambil hikmah dan muhasabah bahwa tugas dan fungsi utama manusia diciptakan Allah adalah sebagai “abdun” (hamba) dan sebagai “khalifah” (pengelola alam raya). Maka fungsi khalifah tidak boleh melanggar batas fungsi sebagai hamba. Semua nikmat di dunia ini Allah berikan gratis untuk kita manfaatkan dan kita kelola tapi tetap harus sesuai koridor/batas ketentuan yang Allah berikan melalui pedoman Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW.
Tugas sebagai hamba yang diciptakan Allah tak bukan dan tak lain untuk beribadah kepada-Nya. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Di dalam surat lain Allah lebih spesifik menegaskan bahwa dalam beribadah kepada-Nya juga harus disertai dengan sikap ikhlas.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas (memurnikan ketaatan) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”. (Q.S. Al-Bayyinah ayat 5)
Ulama membagi tiga macam golongan dalam beribadah. Pertama, tipe “tujjaar” (pedagang). Tipe ini seperti orang yang berdagang yang ingin selalu untung dan tidak ingin rugi. Beribadah dengan niat masuk surga dan dihindarkan dari neraka seakan seperti pedagang. Inilah tipe kita pada umumnya sebagai golongan orang ‘awam. Namun tipe ini tidak salah karena memang kita beribadah juga sebagai sarana ingin meraih surga yang Allah sudah janjikan.
Adapun tipe yang kedua adalah bagi orang-orang khowasul khowas yaitu “ahrorr” (orang yang merdeka). Dalam artian tipe ini merdeka atau bebas dalam beribadah tujuannya bukan lagi surga. Mereka hanya menuju ridho Allah. Sebagaimana kisah orang Bani Israil di atas. Meskipun dikabarkan oleh malaikat bahwa ibadahnya selama 70 tahun tidak layak untuk ke surga tapi orang tersebut tetap akan terus beribadah karena sejatinya kita diciptakan untuk beribadah dan menuju ridha Allah. Ketika Allah sudah ridha maka apapun yang hamba minta akan Allah berikan.
Ma’aasyiral muslimiin jama’ah shalat Jum’at rohimakumullah….
Di dalam hadits nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang pentingnya menjadikan agama sebagai basic dari setiap langkah perbuatan yang ditempuh di dunia khususnya niat karena Allah. Menghadirkan agama dalam setiap amal bahkan menjadi sarana kita juga untuk berbekal mempersiapkan kematian, dan mereka tergolong ke dalam orang-orang yang cerdas. Dan sebaliknya, orang yang bodoh adalah mereka yang hanya mengikuti hawa nafsunya tanpa didasari dengan agama. Dia hanya berangan-angan untuk mencapai surga dan pengharapan kepada Allah SWT yang tidak mungkin bisa dicapai karena tanpa amal shalih.
Rasulullah SAW bersabda:
اَلكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْموْتِ، وَالْأَحْمَقُ مَنْ اِتَّبَعَ هَواهُ وتـَمَنَّى عَلَى اللَّهِ. (رواه التِّرْمِذيُّ)
“Orang cerdas adalah orang yang menghadirkan agama dalam dirinya (menaklukkan egonya), dan menyiapkan amal (shalih) untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan mengharapkan sesuatu dari Allah SWT dengan berbagai macam harapan (yang tak mungkin).”
Bahkan Imam Hasan Al-Bashri mengatakan: “Mencari surga tanpa berbuat amal adalah termasuk dosa dari beberapa dosa.” Dengan kata lain, seseorang yang membenamkan diri dalam dosa dan maksiat kepada Allah, tetapi ia berharap memperoleh surga, maka harapannya tentu tertolak.
Sebagai orang beriman tentunya kita berobsesi meraih kecintaan Allah Ta’ala untuk menjadi Muttaqin (orang yang bertaqwa), dihindarkan dari azab kubur diselamatkan dari neraka dan menjadi penghuni surga. Semoga kita senantiasa dikuatkan dalam menjaga kwalitas amal kita sebagai bekal kehidupan kita.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمِا فِيْهِ مِنَ الآَيَاتِ والذِّكْرِالحَكِيْمٍ، وتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَه إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.