Hikmah agung datangnya Islam adalah sebagai transisi dari masa kegelapan (dark zone) menuju masa terang benderang, masa penuh cahaya. Jaman jahiliyah yang banyak dikatakan sebagai jaman kegelapan dari tauhid diterangi dengan cahaya tauhid yang bersumber dari Islam. Selain itu, dengan kebesaran-Nya Allah ciptakan alam semesta berpasang-pasangan, ada siang dan malam, ada langit dan bumi, maka ada juga gelap dan terang. Kegelapan menampilkan makna hitam tak ada cahaya dan terang menunjukkan makna harapan setelah kegelapan.
Sebagai orang beriman Allah menjamin pertolongan transisi dari kegelapan menuju cahaya sebagaimana disinyalir dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 257:
….اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
Artinya: “Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)”.
Lebih universal lagi, khalifah pertama dalam Islam sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhyiallahu ‘anhu (semoga Allah meridhoinya) menyampaikan satu nasihat yang berbicara secara filosofis mengenai kehidupan ini. Bahwasannya ada lima jenis kegelapan yang menjadikan pekatnya kehidupan manusia. Namun lima kegelapan itu dapat disirnakan oleh lima macam cahaya. Seorang ulama menjabarkan nasihat Abu Bakar tersebut. Kegelapan (zhulumaat) dapat dibagi menjadi dua: zhulumaat ma’nawiyyah (kegelapan secara maknawi-rohani) dan zhulumaat haqiqiyyah (kegelapan secara hakikat-inderawi). Maka dalam nasihat Abu bakar tersebut dibagi menjadi 2 kegelapan maknawi dan 3 kegelapan hakikat.
Nasihat lengkap Abu Bakar tersebut yaitu:
عن أبي بكرٍ الصديق رضي الله عنه قال : الظلمات خمس والسرج لها خمس : حب الدنيا ظلمة والسراج له التقوى , والذنب ظلمة والسراج له التوبة , والقبر ظلمة والسراج له لا إله إلا الله محمدٌ رسول الله , والآخرة ظلمة والسراج لها العمل الصالح , والصراط ظلمة والسراج له اليقين
Kegelapan-kegelapan tersebut ada 5 dan penerang (cahaya) yang dapat menyinarkannya ada 5. Pertama; hubbud dunya zhulmatun was sirooju lahu at-taqwa (cinta dunia itu gelap dan cahayanya adalah taqwa), kedua; wadz dzanbu zhulmatun was siraaju lahu at-taubah (dosa itu gelap dan cahayanya adalah taubat), ketiga; wal qabru zhulmatun was siraaju lahu laa ilaaha illallah Muhammadur rasuulullah (alam kubur itu gelap dan cahayanya adalah “laa ilaaha illallaah Muhammadur rasuulullah), keempat; wal aakhiratu zhulmatun was siraaju lahu al-‘amalus sahaalih (alam akhirat itu gelap dan cahayanya adalah amal shaleh), kelima; was shiraathu zhulmatun was siraaju lahu al-yaqiin (jembatan “shirath” itu gelap dan cahayanya adalah yaqin).
Dari kelima kegelapan yang disebutkan di atas maka bisa kita pahami bahwa ada 2 zhulmatun ma’nawiyyah (gelap secara makna) yaitu:
- Gelap karena cinta dunia yang berlebihan sehingga melupakan tugas manusia sebagai hamba yang harus beribadah. Cahaya yang bisa meneranginya adalah taqwa. Arti substansi dari taqwa adalah takut. Manusia takut berbuat sesuatu yang dilarang Allah sehingga yang ada hanya mengerjakan apa-apa yang diperintahkan-Nya.
- Gelap karena kesalahan atau dosa yang membuat manusia hatinya gelap karena tidak menjalankan perintah Allah. Cahaya yang menerangi kegelapan dosa adalah taubat, memohon ampun kepada Allah dan berjanji tidak akan mengulangi dosa tersebut. Sesungguhnya seorang hamba apabila ia berbuat kesalahan maka dihatinya akan tertera setitik noda. Ketika ia telah beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat maka hati itu akan kembali cemerlang dan jika ia kembali melakukan kesalahan serupa maka hati itulah yang telah tertutup.
Adapun 3 kegelapan yang masuk kategori zhulmatun haqiqiyyah (gelap secara hakikat) adalah:
- Gelap di alam kubur dan cahaya yang meneranginya adalah kalimat laa ilaaha illallah Muhammadur rasulullah (pengakuan keesaan Allah dan nabi Muhammad utusan/rasul Allah). Ini didasarkan kepada hadits Rasulullah saw ‘bahwasannya Allah swt mengharamkan atas api neraka orang yang mengatakan la ilaha illallah’. Oleh karena itu setiap anak Adam yang sedang sakaratul maut kita bimbing (talqin) untuk menyebut kalimat tersebut agar kelak kuburnya diterangi dengan cahaya dari pengakuan keesaan Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah.
- Gelap di alam akhirat dan cahaya yang meneranginya adalah amal shaleh (kebaikan), Dalam nasehat lain khalifah Abu Bakar pun menyampaikan perumpamaan; “man dakholal qobro bilaa zaadin faka-annamaa rokibal bahro bilaa safiinatin” (siapa orang yang masuk kubur tanpa bekal maka seakan-akan dia mengarungi lautan tanpa perahu). Sudah barang tentu bekal yang harus dipersiapkan adalah amal saleh yang akan menerangi kita di akhirat.
- Gelap saat melintas jembatan (shiraath) dan cahaya yang meneranginya adalah yakin. Bahwa titian atau jembatan di hari akhir nanti sangatlah gelap, dan yang akan menerangi perjalnan kita melewati jembatan itu adalah keyakinan. Yakin atas petunjuk Allah swt dan menghilangkan berbagai macam keraguan.
Demikianlah nasehat sayyidina Abu Bakar mengenai lima kegelapan yang harus disiapkan penerangnya oleh kita semua agar perjalanan kelak lancar tanpa haluan apapun jua. Semoga hikmah kali ini bermanfaat bagi kita dalam menapaki hari-hari di dunia yang sementara ini.